Terkini, Jakarta - Syngenta Indonesia meluncurkan SIMODIS® 100DC, sebuah teknologi inovatif untuk membantu petani dalam mengendalikan serangan hama ulat grayak pada tanaman bawang merah.
Acara peluncuran SIMODIS® ini diadakan di Lapangan Sepak bola Puang Liu Cakke, Kecamatan Anggeraja, Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan, dan dihadiri oleh lebih dari 140 petani pemodal di bawang merah.
Budidaya bawang merah di Enrekang memiliki keunikan, di mana petani menanam bawang merah di lahan pegunungan atau bukit dengan sistem terasering dan menggunakan teknologi sprinkler untuk proses pengairannya.
Enrekang dipilih sebagai lokasi peluncuran teknologi pengendali hama ulat grayak ini karena merupakan daerah penghasil bawang merah terbesar ke-4 secara nasional.
“Enrekang memiliki potensi hasil panen bawang merah 175.000 ton, dengan luas lahan mencapai 15.000 hektare,"beber Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Enrekang, Addi SP, MM.
"Dari data yang ada, dapat disimpulkan bahwa Enrekang memiliki jumlah tenaga yang menganggur paling sedikit. Banyak masyarakat Enrekang yang bekerja di bidang pertanian, khususnya menanam bawang merah,"sambungnya.
Kebutuhan Petani akan Teknologi Bawang merah merupakan salah satu komoditas hortikultura yang strategis dan bernilai ekonomi tinggi.
Saat ini, harga bawang merah mengalami kenaikan akibat terganggunya produksi di beberapa wilayah sentra bawang merah, salah satunya karena banjir.
Selain bencana alam, serangan organisme pengganggu tanaman (OPT) berupa hama ulat grayak perlu diwaspadai oleh petani karena dapat menyebabkan kerugian hingga mencapai 80% jika tidak dikendalikan.
“SIMODIS® adalah teknologi baru untuk mengendalikan hama ulat grayak di bawang merah,"tutur Muhammad Tahir, Regional Sales Manager Syngenta untuk Area Sulawesi dan Kalimantan.