Didukung Tonato Foundation, UNICEF, Jenewa, Pemprov Sulsel Hingga Media Kompak Cegah Stunting

Didukung Tonato Foundation, UNICEF, Jenewa, Pemprov Sulsel Hingga Media Kompak Cegah Stunting

EP
Echa Panrita Lopi

Penulis

Terkinidotid Hadir di WhatsApp Channel
Follow

“Contohnya, anak tidak diberi ikan hasil tangkapan karena dijual, dan malah diberi mie instan. Pola makan seperti ini harus diubah,"tegasnya.

Lalu, Kepala Dinas Kesehatan Sulsel, Dr dr Ishaq Iskandar menyampaikan bahwa remaja, terutama putri, rentan mengalami anemia yang juga berdampak pada stunting.

Olehnya itu, dirinya mengimbau agar remaja mengonsumsi sayur, buah, dan protein secara cukup.

“Banyak remaja enggan minum tablet penambah darah yang sudah dibagikan gratis. Ada yang disembunyikan di bawah ranjang, bantal, atau laci. Ini jadi tantangan tersendiri,” tuturnya.

Ishaq juga menyampaikan, kasus stunting di Sulsel turun ke angka 23 persen itu karena adanya kolaborasi berbagai pihak.

“Alhamdulillah dengan kolaborasi pihak terkait, semua pihak dari Pemkot, Pemkab, Pemprov dan Pusat, Kemenkes dan Dinas Kementerian terkait yang lain, kita sudah mendapatkan hasil yang baik. Mudah-mudahan ke depannya lebih baik lagi.

Semua harus terlibat termasuk media,"harapnya.
dr Djunaidi M Dachlan selaku Tim Ahli Percepatan Penurunan Stunting Sulsel mengatakan penuntasan stunting itu harus dimulai dari ibu hamil, pangan dan peningkatan kesadaran masyarakat.

Junaedi M. Dahlan, menegaskan bahwa stunting bukanlah faktor keturunan, melainkan dipengaruhi oleh pola makan dan layanan kesehatan.

“Mencegah yang paling tepat dan itu dimulai dari awal ibu hamil. Berikan makanan bergizi sebagai pondasi kuat agar anak yang dilahirkan tidak stunting,"urainya.

"Kita perbaiki saja makanan ibu hamil. Harus bergizi sebab kita tidak tahu apakah anaknya yang lahir nanti stunting atau tidak," lanjutnya.