Antusiasme Generasi Muda Mendukung Penganugerahan Pahlawan Nasional Demmatande

Antusiasme Generasi Muda Mendukung Penganugerahan Pahlawan Nasional Demmatande

FD
Fachri Djaman

Penulis

Terkinidotid Hadir di WhatsApp Channel
Follow

Dirinya menyampaikan terimakasih kepada seluruh pihak yang begitu banyak dan terus mendukungnya.

Demmatande, juga dikenal sebagai Daeng Matande, memimpin perlawanan melawan kolonialisme Belanda di wilayah pegunungan Pitu Ulunna Salu, Kabupaten Mamasa, Sulawesi Barat, sejak awal abad ke-20.

Perjuangannya, meskipun tidak secara langsung menyerukan "Indonesia merdeka," menunjukkan indikasi awal kesadaran akan keadilan dan keinginan untuk otonomi. Ia membangun benteng, membentuk aliansi adat, dan memimpin pasukan dalam skala yang signifikan. Perlawanan Demmatande dinilai sebagai bagian tak terpisahkan dari gerakan resistensi bangsa Indonesia terhadap kolonialisme Belanda pada awal abad ke-20.

Keterlibatan pertama Demmatande dimulai pada tahun 1907, ketika ia membantu pasukan Raja Balanipa, Ammana I Wewang, dalam menentang kebijakan pajak dan bea yang tidak adil dari Pemerintah Hindia Belanda. Menurut Demmatande, jika Kerajaan Balanipa ditembus, kerajaan-kerajaan di pegunungan Mamasa akan menjadi sasaran selanjutnya. Perlawanan ini memicu kemarahan Belanda dan membuat nama Demmatande dimasukkan ke dalam daftar hitam11.

Berdasarkan Berita Acara TP2GD Pusat Kementerian Sosial pada pertengahan tahun 2025, Demmatande dinyatakan memenuhi syarat untuk diajukan sebagai Pahlawan Nasional. Pengajuan ini akan dilanjutkan pada Sidang Dewan GTK sebelum diajukan kepada Presiden Republik Indonesia.

Kegiatan dikemas begitu baik sebagai bentuk dukungan bersama atas dukungan Kepada Demmatande sebagai Pahlawan Nasional melalui orasi dan dialog pakar.

Profil Demmatande Perintis Kemerdekaan dari Sulawesi Barat

Demmatande, atau dikenal juga dengan nama Daeng Matande, adalah seorang tokoh bangsawan dan pejuang kemerdekaan dari Mamasa, Sulawesi Barat. Lahir pada tahun 1872 di Paladan, sebuah daerah di Onderafdeling Mamasa, Demmatande dikenal karena perlawanannya yang gigih terhadap penjajahan Belanda antara tahun 1905 dan 1914.

Ia berasal dari keluarga bangsawan tinggi bernama Tana' Bulawan, yang berarti "kasta emas". Ayahnya, Bongga Masirin, adalah kepala Kampung Paladan yang saat ini terletak di Kecamatan Sesenapadang, Kabupaten Mamasa.

Pada masa remajanya di tahun 1890-an, Kampung Paladan masih stabil dan memiliki sistem pemerintahan sendiri yang diwariskan secara turun-temurun. Namun, situasi mulai berubah ketika Pemerintah Hindia Belanda memutuskan untuk menaklukkan wilayah di luar Jawa dan Sumatera, termasuk Sulawesi Selatan dan Barat, karena khawatir akan ekspansi kekuasaan Inggris di Asia Tenggara. Kebijakan ini memicu kerusuhan di kalangan bangsawan yang merasa terganggu.