Foresta Showbiz hadir sebagai solusi atas persoalan klasik yang dihadapi KTH yaitu keterbatasan jejaring bisnis. Melalui pameran produk dan sesi business matching, para petani hutan bisa langsung berinteraksi dengan pedagang, distributor, bahkan lembaga pendanaan.
Pada sesi Business Matching Temu Usaha, KTH melakukan presentasi singkat mengenai potensi usaha dan kapasitas produksi mereka. Di sisi lain, para offtaker menyampaikan kebutuhan bahan baku dan peluang kemitraan yang dapat dijajaki bersama. Setiap KTH menyiapkan pameran, lengkap dengan kemasan menarik dan materi promosi.
Program ini didukung oleh Dinas LHK Provinsi Sulawesi Selatan, Balai Besar KSDA Sulawesi Selatan, Balai Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung, Balai Perhutanan Sosial Sulawesi Selatan, Balai P2SDM Wilayah VI, Balai DAS Jeneberang Saddang, Balai BPKH Wilayah VII Makassar, Balai Pengendalian Kebakaran Hutan Wilayah Sulawesi, Balai Pengelolaan Hutan Lestari Wilayah XV Makassar, Balai BPTH Wilayah II Makassar, Balai Penegakan Hukum Kehutanan Wilayah Sulawesi, SMK kehutanan Makassar, Dinas Kehutanan Pangan, Bank Mandiri, Bank BSI, Bank BRI, dan Badan Pengelola Dana Lingkungan Hidup.
Beberapa komoditas KTH yang paling diminati oleh offtaker meliputi aren, porang, cuka kayu, kunyit, dan kemiri. Minat tersebut menjadi indikasi bahwa produk lokal hasil hutan memiliki potensi ekonomi yang kuat jika dikembangkan dengan pembinaan berkelanjutan.
Dalam acara ini, tercatat sebanyak 15 kerja sama dengan KTH dan offtaker untuk memenuhi kebutuhan bahan baku diantaranya jenis produk kunyit, gula aren, kemiri, porang, kopi, furniture, pupuk, dan cuka kayu.
Melalui Foresta Showbiz, diharapkan KTH dapat memperluas jejaring usaha, meningkatkan kapasitas dalam pengelolaan bisnis kehutanan, serta memperkuat kemitraan dengan sektor swasta. Kegiatan ini juga diharapkan menjadi model pembelajaran kolaboratif untuk mempertemukan pelaku usaha kehutanan, lembaga pembiayaan, dan komunitas petani hutan secara berkesinambungan.
Dalam kegiatan foresta showbiz ini menghasilkan Nilai Transaksi Ekonomi sebesar Rp 42.099.000.
“Kegiatan ini bukan hanya ajang pameran, tetapi juga ruang untuk membangun kepercayaan dan kemitraan yang konkret antara petani hutan dan dunia usaha,” ujar Wahju Rudianto, S.Pi, M.Si, Kepala Pusat Penyuluhan Kehutanan.










